Kamis, 25 Oktober 2012

Korupsi


Korupsi
Deskripsi secara umum korupsi
(Disusun oleh Sherly Mutiara Suci)
     Negara Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan, baik dalam bidang ekonomi, politik, teknologi, ilmu pengetahuan, dan hukum. Akan tetapi, bukan hal tersebut saja yang mengalami perkembangan, tindakan korupsi juga berkembang pesat terutama di dalam pemerintahan. Menurut WorldBank (dikutip dalam Asia-Pasific Economic Cooperation, 2006) menerangkan bahwa “korupsi adalah penyalahgunaan jabatan publik untuk keuntungan pribadi”. Korupsi adalah tindakan penyelewengan atau penyalahgunaan wewenang, kekuasaan, administrasi, politik, dan ekonomi (Andvig, Fjeldstad, Amundsen, Sissener, & Soreide, 2000). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan oleh individu atau lebih dalam berbagai bidang untuk keuntungan pribadi dan bersifat merugikan orang lain.
     Menurut Soedjono (1984) membagi korupsi menjadi tujuh macam, yaitu (a) transaktif, adanya kesepakatan timbal balik antara kedua belah pihak yang terlibat; (b) exortif, salah satu pihak dipaksa menyuap untuk menutupi kesalahannya; (c) investif, pemberian barang atau jasa untuk keuntungan mendatang; (d) nepotisme, mengutamakan kerabat atau keluarga untuk memegang suatu jabatan; (e) defensif, untuk mempertahankan diri; (f) otogenik, dilakukan seorang diri dan tidak melibatkan orang lain; dan (g) dukungan, secara tidak langsung menyangkut uang atau imbalan dalam bentuk lain. Korupsi memiliki berbagai ciri-ciri, yaitu dilakukan secara rahasia, pengkhianatan terhadap suatu kepercayaan, pengelapan materi atau fisik, mengandung penipuan pada badan publik atau masyarakat umum, melanggar norma tugas, dan melanggar pertanggungjawaban tatanan masyarakat (Hussein, 1987).
     Penyebab korupsi dapat berupa dorongan dari diri sendiri atau rangsangan dari luar. Penyebab dari diri sendiri atau aspek individu misalnya sifat tamak manusia, penghasilan atau modal yang kurang memenuhi kebutuhan, kebutuhan hidup yang mendesak, gaya hidup yang konsumtif, sikap malas bekerja, serta ajaran agama dan pendidikan kewarganegaraan yang tidak diterapkan dengan baik (“Pengertian dan Definisi Korupsi,” 2011). Dorongan dari luar dapat dilihat dari dua aspek yaitu organisasi dan lingkungan. Aspek organisasi misalnya sikap kepemimpinan yang kurang baik, kultur organisasi tidak benar, sistem akuntabilitas di pemerintahan kurrang memadai, kelemahan sistem manajemen, dan administrasi yang tidak sesuai. Sedangkan, aspek lingkungan yaitu nilai budaya masyarakat yang kondusif terhadap korupsi, masyaarakat tidak sadar di rugikan atau terlibat di dalamnya, lemahnya peraturan undang-undang atau hukum dalam masyarakat, dan ketidaksadaran masyarakat untuk mencegah atau mengatasi korupsi (“Pengertian Korupsi Berdasarkan Undang-undang,” 2012).
     Dalam (“Pengertian Korupsi Berdasarkan Undang-undang,” 2012) menerangkan bahwa korupsi memiliki berbagi dampak namun, dampaknya sebagian besar bersifat negatif. Beberapa dampak negatif korupsi, yaitu (a) dalam aspek demokrasi, mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik dengan menghancurkan proses formal; (b) dalam aspek ekonomi, mempersulit pembangunan ekonomi, membuat diskorsi, dan ketidakefisienan yang tinggi; dan (c) dalam aspek kesejahteraan umum, ancaman bagi kesejahteraan masyarakat karena mendahulukan pejabat atau orang yang korupsi.
     Tindakan korupsi yang telah menjadi masalah yang rumit dalam masyarakat dapat dihindari atau dicegah dengan melakukan berbagai cara. Penulis berpendapat tindakan korupsi dapat dicegah dengan mulai dari dalam diri sendiri misalnya dengan memperkuat iman, mendekatkan diri dengan keluarga, dukungan dari keluarga, memiliki keteladanan sebagai pemimpin, dan tegas pada diri sendiri untuk tidak melakukan korupsi. Dalam (“Mencegah Korupsi,” 2010) pencegahan juga didukung oleh faktor dari luar yaitu hukum atau undang-undang yang tegas dan kuat, pemerintahan yang sehat dan demokratif, masyarakat atau warga Negara yang aktif mengontrol tindakan penguasa, dan keterbukaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat.





Daftar Pustaka
Andvig, Fjeldstad, Amundsen, Sissener, & Soreide. (2000). Research on corruption: A policy oriented survey. Jurnal. Diunduh dari http://www.icgg.org/downloads/contribution07_andvig.pdf
Asia-Pasific Economic Cooperation. (2006). Anti-corruption and governance: The Philippine experience. Jurnal. Diunduh dari http://www.apec.org.au/docs/06_9_1_Balboa.pdf
Hussein. (1987). Korupsi, sifat, sebab, dan fungsi. Jakarta: Lp3ES.
Mencegah korupsi. (2010). Diunduh dari http://umum.kompasiana.com
Pengertian dan definisi korupsi. (2011). Diunduh dari http://serius.multiply.com
Pengertian korupsi berdasarkan undang-undang. (2012). Diunduh dari http://duniakontraktor.com
Soedjono. (1984). Fungsi perundang-undangan pidana dalam penanggulangan korupsi di Indonesia. Bandung: Sinar Baru.


   

Senin, 22 Oktober 2012

Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget



jean-piaget

Pakar psikologi Swiss terkenal yaitu Jean Piaget (1896-1980) dalam buku Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, oleh John W. Santrok pada tahun 2002, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Seorang anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut:
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.

Tahap praoperasional (preoperational stage)
, yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.” Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.

Tahap operasional konkrit (concrete operational stage)
, yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.

sumber : http://www.psikologizone.com/teori-kognitif-psikologi-perkembangan-jean-pisget

Biography Ivan Petrovich Pavlov


Ivan Petrovich Pavlov was born on September 14, 1849 at Ryazan, where his father, Peter Dmitrievich Pavlov, was a village priest. He was educated first at the church school in Ryazan and then at the theological seminary there.

Inspired by the progressive ideas which D. I. Pisarev, the most eminent of the Russian literary critics of the 1860's and I. M. Sechenov, the father of Russian physiology, were spreading, Pavlov abandoned his religious career and decided to devote his life to science. In 1870 he enrolled in the physics and mathematics faculty to take the course in natural science.

Pavlov became passionately absorbed with physiology, which in fact was to remain of such fundamental importance to him throughout his life. It was during this first course that he produced, in collaboration with another student, Afanasyev, his first learned treatise, a work on the physiology of the pancreatic nerves. This work was widely acclaimed and he was awarded a gold medal for it.

In 1875 Pavlov completed his course with an outstanding record and received the degree of Candidate of Natural Sciences. However, impelled by his overwhelming interest in physiology, he decided to continue his studies and proceeded to the Academy of Medical Surgery to take the third course there. He completed this in 1879 and was again awarded a gold medal. After a competitive examination, Pavlov won a fellowship at the Academy, and this together with his position as Director of the Physiological Laboratory at the clinic of the famous Russian clinician, S. P. Botkin, enabled him to continue his research work. In 1883 he presented his doctor's thesis on the subject of «The centrifugal nerves of the heart». In this work he developed his idea of nervism, using as example the intensifying nerve of the heart which he had discovered, and furthermore laid down the basic principles on the trophic function of the nervous system. In this as well as in other works, resulting mainly from his research in the laboratory at the Botkin clinic, Pavlov showed that there existed a basic pattern in the reflex regulation of the activity of the circulatory organs.

In 1890 Pavlov was invited to organize and direct the Department of Physiology at the Institute of Experimental Medicine. Under his direction, which continued over a period of 45 years to the end of his life, this Institute became one of the most important centres of physiological research.

In 1890 Pavlov was appointed Professor of Pharmacology at the Military Medical Academy and five years later he was appointed to the then vacant Chair of Physiology, which he held till 1925.

It was at the Institute of Experimental Medicine in the years 1891-1900 that Pavlov did the bulk of his research on the physiology of digestion. It was here that he developed the surgical method of the «chronic» experiment with extensive use of fistulas, which enabled the functions of various organs to be observed continuously under relatively normal conditions. This discovery opened a new era in the development of physiology, for until then the principal method used had been that of «acute» vivisection, and the function of an organism had only been arrived at by a process of analysis. This meant that research into the functioning of any organ necessitated disruption of the normal interrelation between the organ and its environment. Such a method was inadequate as a means of determining how the functions of an organ were regulated or of discovering the laws governing the organism as a whole under normal conditions - problems which had hampered the development of all medical science. With his method of research, Pavlov opened the way for new advances in theoretical and practical medicine. With extreme clarity he showed that the nervous system played the dominant part in regulating the digestive process, and this discovery is in fact the basis of modern physiology of digestion. Pavlov made known the results of his research in this field, which is of great importance in practical medicine, in lectures which he delivered in 1895 and published under the title Lektsii o rabote glavnykh pishchevaritelnyteh zhelez (Lectures on the function of the principal digestive glands) (1897).

Pavlov's research into the physiology of digestion led him logically to create a science of conditioned reflexes. In his study of the reflex regulation of the activity of the digestive glands, Pavlov paid special attention to the phenomenon of «psychic secretion», which is caused by food stimuli at a distance from the animal. By employing the method - developed by his colleague D. D. Glinskii in 1895 - of establishing fistulas in the ducts of the salivary glands, Pavlov was able to carry out experiments on the nature of these glands. A series of these experiments caused Pavlov to reject the subjective interpretation of «psychic» salivary secretion and, on the basis of Sechenov's hypothesis that psychic activity was of a reflex nature, to conclude that even here a reflex - though not a permanent but a temporary or conditioned one - was involved.

This discovery of the function of conditioned reflexes made it possible to study all psychic activity objectively, instead of resorting to subjective methods as had hitherto been necessary; it was now possible to investigate by experimental means the most complex interrelations between an organism and its external environment.

In 1903, at the 14th International Medical Congress in Madrid, Pavlov read a paper on «The Experimental Psychology and Psychopathology of Animals». In this paper the definition of conditioned and other reflexes was given and it was shown that a conditioned reflex should be regarded as an elementary psychological phenomenon, which at the same time is a physiological one. It followed from this that the conditioned reflex was a clue to the mechanism of the most highly developed forms of reaction in animals and humans to their environment and it made an objective study of their psychic activity possible.

Subsequently, in a systematic programme of research, Pavlov transformed Sechenov's theoretical attempt to discover the reflex mechanisms of psychic activity into an experimentally proven theory of conditioned reflexes.

As guiding principles of materialistic teaching on the laws governing the activity of living organisms, Pavlov deduced three principles for the theory of reflexes: the principle of determinism, the principle of analysis and synthesis, and the principle of structure.

The development of these principles by Pavlov and his school helped greatly towards the building-up of a scientific theory of medicine and towards the discovery of laws governing the functioning of the organism as a whole.

Experiments carried out by Pavlov and his pupils showed that conditioned reflexes originate in the cerebral cortex, which acts as the «prime distributor and organizer of all activity of the organism» and which is responsible for the very delicate equilibrium of an animal with its environment. In 1905 it was established that any external agent could, by coinciding in time with an ordinary reflex, become the conditioned signal for the formation of a new conditioned reflex. In connection with the discovery of this general postulate Pavlov proceeded to investigate «artificial conditioned reflexes». Research in Pavlov's laboratories over a number of years revealed for the first time the basic laws governing the functioning of the cortex of the great hemispheres. Many physiologists were drawn to the problem of developing Pavlov's basic laws governing the activity of the cerebrum. As a result of all this research there emerged an integrated Pavlovian theory on higher nervous activity.

Even in the early stages of his research Pavlov received world acclaim and recognition. In 1901 he was elected a corresponding member of the Russian Academy of Sciences, in 1904 he was awarded a Nobel Prize, and in 1907 he was elected Academician of the Russian Academy of Sciences; in 1912 he was given an honorary doctorate at Cambridge University and in the following years honorary membership of various scientific societies abroad. Finally, upon the recommendation of the Medical Academy of Paris, he was awarded the Order of the Legion of Honour (1915).

After the October Revolution, a special government decree, signed by Lenin on January 24, 1921, noted «the outstanding scientific services of Academician I.P.Pavlov, which are of enormous significance to the working class of the whole world».

The Communist Party and the Soviet Government saw to it that Pavlov and his collaborators were given unlimited scope for scientific research. The Soviet Union became a prominent centre for the study of physiology, and the fact that the 15th International Physiological Congress of August 9-17, 1935, was held in Leningrad and Moscow clearly shows that it was acknowledged as such.

Pavlov directed all his indefatigable energy towards scientific reforms. He devoted much effort to transforming the physiological institutions headed by him into world centres of scientific knowledge, and it is generally acknowledged that he succeeded in this endeavour.

Pavlov nurtured a great school of physiologists, which produced many distinguished pupils. He left the richest scientific legacy - a brilliant group of pupils, who would continue developing the ideas of their master, and a host of followers all over the world.

In 1881, Pavlov married Seraphima (Sara) Vasilievna Karchevskaya, a teacher, the daughter of a doctor in the Black Sea fleet. She first had a miscarriage, said to be due to her having to run after her very fast-walking husband. Subsequently they had a son, Wirchik, who died very suddenly as a child; three sons, Vladimir, Victor and Vsevolod, one of whom was a well-known physicist and professor of physics at Leningrad in 1925, and a daughter, Vera.

Dr. Pavlov died in Leningrad on February 27, 1936.